0 komentar


Model Agenda Setting
Teori agenda setting merupakan  salah satu teori yang paling dikenal dan diaplikasikan oleh khalayak masyarakat. Teori ini sbanyak diaplikasikan oleh media-media cetak maupun elektronik zaman sekarang untuk membuat suatu isu menjadi penting sesuai dengan apa yang di kehendaki oleh media tersebut.  Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw adalah orang yang pertama kali memperkenalkan teori agenda setting setting ini ( Nurudin, 2007, h. 195). Teori ini berasumsi bahwa media mempunyai kemampuan mentransfer isu untuk mempengaruhi agenda publik ( Kriyantono, 2007, h.220).  menurut Griffin ( Dikutip dari Kriyantono 2007) mengungkapkan bahwa khalayak akan menganggap suatu isu itu penting karena media mengaggap isu itu penting juga. Teori ini akhirnya berkembang dan banyak riset dilakukan untuk membuktikan hipotesis teori ini (Kriyantono, 2007, h. 221). Pada 1972 misalnya, teori ini digunakan untuk meriset efek kampanye presiden di North California (Kriyantono, 2007, h. 221). Pada awal perkembangannya, riset agenda setting lebih banyak murni kuantitatif (Kriyantono, 2007, h. 221). Konsep-konsep seperti agenda media dan  yang dianggap penting di masyarakat, sehingga bisa diukur secara kuantitatif (Kriyantono, 2007, h. 221). Namun dalam perkembangannya, agenda setting digabung dan dilengkapi dengan studi kualitatif, baik sebagai pelengkap studi wal, analisis prosesny maupun efek lanjuta (Kriyantono, 2007, h. 221).
Menurut Severin dan Tankard (dikutip dari Kriyantono 2007) menyampaikan dimensi-dimensi  tiga agedadiatas yaitu:
1.      Agenda media, dimensi-dimensinya :
a.       Visibialits (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita.
b.      Tingkat menonjol bagi khalayak (audience salience), yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.
c.       Valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenagkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.
2.      Agenda Publik, dimensi-dimensina :
a.       Keakraban (familiarity), yakni sederajat kesadaan khalayak akan topic tertentu.
b.      Penonjolan pribadi (personal salience), yakni relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi.
c.       Kesenanangan (favorability), yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topic berita.
3.      Agenda kebijakan
a.       Dukungan (support), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu.
b.       Kemungkinan kegiatan (likelihood of action), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.
c.       Kebebasan bertindak (freedom of action), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.
Variable media massa diukur melalui analisis kuantitatif (Kriyantono, 2007, h. 223). Menurut Kriyantono (2007, h.223) Analisi ini untuk menentukan rangking berita berdasarkan panjangnya (waktu dan ruang), penonjolan tema berita (ukuran headline, penempatannya, frekuensinya), konflik (cara penyajiannya). Menurut Kriyantono (2007, h.223) variable Agenda Publik (khalayak) dapat diukur melalui beberapa cara :
a.       Cara pertama dengan meminta self-report khalayak tentang topik-topik apa yang dianggap penting oleh responden (apa yang dikenal, dianggap menonjol, dan menjadi prioritas khalayak), baik itu berdasarkan komunikasi interpersonal (seperti “isu-isu politik apa yang anda anggap penting?”) atau berdasarkan komunikas interpersonal responden (seperti “isu-isu apa yang dianggap penting oleh komunitas anda?”).
b.      Cra kedua, responden diminta mengisi isu-isu yang penting ke dalam daftar isu-isu (topic-topik) yang disediakan peneliti.
c.       Cara ketiga, variansi dari kedua teknik diatas. Responden diberikan daftar topic yang diseleksi peneliti dan responden diminta membuat urutan rangking mengenai penting tidaknya isu menurut persepsi responden.
d.      Cara keempat, cara paired-comparison (berpasang-perbandinganan). Setiap isu yang diseleksi sebelumnya dipasangkan dengan setiap isu yng lain dan responden diminta mengenal setiap pasang dan mengidentifikasi isu mana yang lebih penting.
e.       Sedangkan varibel antara dan efek lanjutan ini adalah variable yang berpotensi memengaruhi agenda public. Sifat stimulus : jarakisu, apakah isu secara langsung atau tidak langsung dialami khalayak, aktualisasi isu, kedekatan geografis, sumber berita (medianya kredibel atau tidak). Sifat khalayak : tingkat ekonomi, pendidikan, lainnya.
Contoh proses riset agenda seting dalam Kriyantono (2007, h.224).
Judul : pengaruh pemberitaan kompas terhadap pembacanya.
Langkah-langkah risetnya adalah sebagai berikut :
1.      Menentukan permasalahan : “ apakah agenda media memengaruhi agenda publik?”
2.      Menentukan  kerangka pemikiran (kerangka teori), menjawab permasalahn secara teoritis, outputnya adalah hipotesis teoritis.
Hipotesis teoritis :
Agenda media mempengaruhi agenda publik.
Definisi konseptual :
Agenda media             =  isu-isu yang memperoleh penonjolan dalam media
Agenda publik                        = isu-isu yang dinilai public sebagai isu-isu yang penting
Issue          = isu adalah kategori dalam isi media, baik itu (1) kumulas dari yang                      dimuat secara berseri (2) berita tunggal yang dimuat mengenai peristiwa tertentu dimana mencakup konflik, pro-kontra public atau sebuah situasi yang dianggap sebagai masalah oleh kelompok tertentu.
3.      Menentukan metodologi, unit populasi, sampel, dan metode pengukuran.

Definisi oprasional :

Agenda media :
Rangking isu-isu yang diberitakan Kompas berdasarkan frekuensi pemberitaan mengenai isuisu tersebut.

Agenda Publik :
Rangking isu-isu yang dinilai penting oleh public, berdasarkan presentse individu yang menyatakan bahwa isu-isu tersebut penting.


4.      Merumuskan hipotesis riset
“semakin tinggi rangking suatu isu dalam pemberitaan kompas, semakin tinggi pula isu yang bersangkutan dalam penilaian khalayak, sebaliknya semakin rendah rangking suatu isu dalam pemberitaan kompas, semakin rendah pula isu yang bersankutan dalam penilaian khalayak”.

5.      Menentukan metode pengumpulan data :
Karena ada dua metode riset, yaitu analisis dan survei, maka terdapat pula dua metode pengumpulan data yang harus dilakukan, yaitu dokumentasi ( untukmengukur agenda media) dan survei khalayak kuisioner (survey khalayak)

6.      Menentukan metode analisi :
Jelas riset ini menggunakan metode eksplanatif, karena menjelaskan hubungan antara minimal dua variable.

Model Uses & Gratifications
Didalam teori uses & gratifications ini khalayak lah yang lebih menentukan isi dari sebuah media, dimana media akan memenuhi apa yang diinginkan khalayak. Jika digunakan dalam riset maka uses & gratifications menjadi model penelitian yang menarik untuk dikaji. Riset uses & gratifications berangkat dari pandang bahwa komunikasi (khususnya media massa) tidak mempunyai kekuatan mempengaruhi khalayak (Kriyantono, 2007, h.204). inti teori Uses & gratifications adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu (Kriyantono, 2007, h.204). media dianggap berusaha memenuhi motif kahalayak. jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi (Kriyantono, 2007, h.204). pada akhirnya, media yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak disebut media efektif.
Dalam Kriyantono (2007, h.206) mengungkapkan bahwa slah satu riset uses & gratifications yang saat ini berkembang adalah yang dibuat oleh Philip palmgreen dari Kentucky university. Kebanyakan riset uses & gratifications memfokuskan pada motif sebagai variable independen yang mempengaruhi penggunaan media. palm green juga kendati menggunakan dasar yang sama yaitu orang menggunaan mendia didorong oleh motif-motif  tertentu, namun konsep yang diteliti oleh medel palmgreen ini lenih tidak berhenti disitu, dengan menanyakan apakah motif-motif khalayak itu telah dapat dipengauhi oleh media (Kriyantono, 2007, h.206). debgan kata lain, apakah khalayak puas setelah emnggunakan media. Konsep kepuasan ini disebut GS (gratidication south) dan GO (gratification obtanined). pengguaan konsep-konsep baru ini memunculkan teori yang merupakan varian dari teori uses 7 gratifications, yaitu teori expectancy value (nilai pengharapan) (Kriyantono, 2007, h.206).
Menurut teori nilai pengharapan, orang mengerahkan diri pada dunia (misalnya media) berdasarkan kepada kepercayaan da evaluasi-evaluasi mereka tentang dunia tersebut. Gratification sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan individu ketika mengkonsumsi suatu jenis media tertentu (radio, tv, koran). Gratification sought adalah kepuasan motif yang mendorong seseorang mengkonsumsi media. Menurut Palmgreen (dikuti dari kriyantono 2007) Sedangkan gratification obtained adalah kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah mengonsumsi suatu jenis media tertentu. Dengan kata lain menurut palm green (dikutip dari kriyantono 2007), gratification sought dibetuk dari kepercayaan seseorang mengenai apa yang media dapat berikan dan evaluasi seseorang mengenai isi media. Gratification obtained memprtanyakan hal-hal yang khusu mengenai apa saja yang teah diperoleh setelah menggunakan media dengan menyebutkan acara atau rubric secara spesifik. Mislanya setelah membaca acara pojok kampong atau membaca halaman olah raga kompas (Kriyantono, 2007, h.207)
Analisis jaringan komunikasi
Analisi jaringan komunikasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana arus informasi terplakan yang mengalir pada arus infomasi yang bersifat inovatif, yaitu ide, gagasan, barang yang bersifat baru bagai orang-orang tertentu. Analisis ini dapat diterapkan pada berbagai bidang komunikasi. Kita dapat meriset jaringan komunikasi pada sosialisasi program kb disebuah wilayah atau jaringan komunikasi pada difusi informasi tentang pilkada di beberapa desa, dan sebagainya. Analisi jaringan ini biasa digunakan dalam riset difusi-inovasi. Difusi menurut rogers & shoemaker (dikutip dari kriyantono 2007) adalah proses dimana penemuan disebarkan kepada masyarakat yang menjadi anggota system sosial. Dalam buku ini, analisis jaringan ini bisa digunakan untuk melihat penyebaran informasi dari media sampai bagaimana proses penerimaannya di masyarakat  dan juga dipakai untuk mengukur penyebaran informasi dalam organisasi. (Kriyantono, 2007, h.314).
Prosedur riset menurut rogers & kincad (dikutip dari kriyantono 2007) :
1.      Mengidentifikasi klik-klik dalam keseluruhan system dan menentukan bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku komunikasi dalam system.
2.      Mengidentifikasi beberapa peranan komunikasi yang tespesialisais, seperti liason, bridges, dan isolate
3.      Mengukur variansi struktur komunikasi (seperti hubungan komunikasi) di antara individu, daiadik, jaringan interpersonal, klik-klik, atau kseseluruhan system.
ANALISIS KASUS
Masalah           : Apakah ada hubungan antara sikap pemilih pemula terhadap parpol dengan    sikap orangtua terhadap parpol?
Instrumen        : Sikap orangtua saya terhadap PAN?
                                    SS        S          CS       TS        STS
Sampel                        : dipilih 100 siswa SMU

            Berdasarkan riset diatas, menurut pendapat saya responden penelitian yaitu pemilih pemula yang di smu sudah jelas. Serta sudah jelas pula apa yang ingin kita teliti yaitu, hubungan antara sikap pemilih pemula terhadap parpol dengan sikap orangtua terhadap parpol. Tetapi riset tersebut tidak valid karena  ada dua alasan. Pertaa, alat ukurnya (instrument/kuisioner) tidak sesuai dengan apa yang akan diukur. Apakah mungkin menanyakan sikap orang tua, tetapi yang ditanya adalah anaknya? Kedua, sampel seharusnya mewakili remaja dan orang tua






            Dalam penelitian terdapat dua validitas utama yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal didefinisikan sebagai validitas dimana hubungan dua variable bersifat kausal. Validitas internal menunjukkan apakah hasil studi terbebas dari kesalahan acak, bias dan faktor perancu. Suatu penelitian dengan validitas internal yang tinggi mempunyai nilai bias, kesalahan acak serta pengaruh faktor perancu yang nol atau minimal. Sebaliknya, penelitian dengan kesahihan internal yang rendah menunjukkan terdapatnya bias, kesalahan acak serta faktor perancu. Tingkat validitas internal dipengaruhi oleh faktor – faktor seperti :
1.         History, karena faktor eksternal mempengaruhi hasil penelitian
2.         Maturasi, adanya perubahan dalam diri responden karena perubahan waktu
3.         Testing/pengujian yang mempengaruhi responden dalam menjawab pertanyaan yang diberikan
4.         Alat ukur yang berkaitan dengan pergantian alat ukur selama penelitian dilakukan
5.         Seleksi yang merupakan akibat yang mempengaruhi hasil penelitian karena prosedur proses pemilihan responden
6.         Mortalitas atau efek karena hilangnya responden yang sedang diteliti karena alasan tertentu.
            Oleh karena itu, diharapkan peneliti dapat mengurangi potensi kesalahan tersebut dengan membuat pertanyaan yang sekiranya “to the point” dan sesuai dengan topik yang ada. Pemilihan responden untuk sampel juga tidak sembarangan asal pilih 100 orang, namun lakukan seleksi juga. Pilih yang sekiranya cerdas dan memang benar mengetahui tentang parpol. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerancuan jawaban yang diakibatkan responden yang asal – asalan menjawab pertanyaan.







METODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUANTITATIF
RESUME DAN ANALISIS KASUS




Oleh:
Ucha Julistian Mone             135120201111058


ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015


Daftar Pustaka
-           Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. Penerbit Kencana Pradana Media Group.